Minggu, 16 November 2014

Keluargaku, Kekuatanku!

Keluarga adalah sebuah pondasi kehidupan bagi semua orang bahkan bisa menjadi kekuatan dalam diri, karena itu semua bisa melewati halangan atau rintangan sebesar apapun lewat kebersamaan. Tapi apa yang terjadi apabila sebuah keluarga yang selalu terlibat dalam koflik satu sama lain disetiap permasalahan? ya itulah yang aku tidak tau kenapa bisa terjadi di keluargaku saat ini, karena ego sematakah? entahlah.

Ibu adalah orangtua perempuan yang mempertaruhkan nyawa saat melahirkanku, adakah konflik dengannya? tentu masih ada saat ini bahkan aku tidak tau apa yang terjadi nantinya, semua seperti tidak bisa diprediksi lagi ketika pemikiran masing-masing sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Tapi sungguh dalam hati kecil ini tidak mau itu terjadi bahkan sampai menggores hati lembutnya, karena rasa kasih sayang beliau tiada tara sampai kapanpun, Tuhan jagalah perasaan antara kami agar benar-benar tercipta kesejahteraan yang berarti dalam hidup ini.

Ayah atau Bapak adalah kepala keluarga dalam rumah tangga yang seharusnya bisa menjaga kerukunan rumah tangga, tapi sudahkah semua terwujud? aku sendiri juga belum tau arti dari orangtua laki-laki itu seperti apa, tanpa ada pernah rasa kasih sayang yang jelas serta tidak memperlihatkan dirinya pantas dikatakan sebagai kepala keluarga. Tapi dalam hati kecil ini tetap ingin tau arti daripada itu, Tuhan berilah jalan untukku agar mengerti atas hal itu semua.

Adik dan Kakak adalah pelengkap teman bermainku, mereka yang selalu mempedulikan waktu dan egonya masing-masing, tetapi masih ada terjalin tali persaudaraan yang erat. Tuhan jaga kami agar tidak pernah lupa kalau kami memang bersaudara yang satu.

Tante atau Bude adalah kakak dan adik dari orangtua perempuanku, mereka sungguh mengandalkan emosi dalam mengambil segala hal, entah sudah watak yang tidak bisa dirubah atau memiliki masalah dalam diri, entahlah. Tapi dalam hati kecil ini sangat sayang terhadap mereka begitu juga sebaliknya, aku yang selalu mendapat kepercayaan lebih dari mereka, Tuhan ajarkan kami bagaimana cara mengendalikan emosi dalam diri agar bisa menjalin keluarga antar sesama.

Oom atau Pakde adalah kakak dan adik dari orangtua perempuanku juga, mereka hampir tidak pernah menyapaku semenjak aku beranjak dewasa, entah karena aku yang sudah sibuk dengan waktuku sendiri atau sebaliknya. Tapi mengenang masa kecil dulu sungguh indah hidupku yang bahagia tiada tara, Tuhan beri kami waktu lagi untuk kebersamaan yang sempat terjalin baik seperti dulu.

Nenek dan Kakek adalah sebuah kebahagiaan lebihku memiliki mereka dan aku menyebutnya "The Best Grand Mom and Grand Father" karena kasih sayang dan kepercayaan mereka sangat melekat pada diri ini, walaupun nenek terbaikku sudah meninggalkan kami sejak lama tapi aku takkan pernah lupa dengan kegigihannya dalam menghadapi kehidupan bahkan semua orang dilingkungan rumah tidak pernah ada yang membencinya, semoga kita bisa bertemu lagi ya nek, doaku selalu menyertaimu. Kakek terbaikku yang masih ada sampai detik ini aku salut dengan perjuangan hidupmu dari jaman penjajahan sampai era modern saat ini, terima kasih kau telah banyak memberi bekal hidup untukku yang begitu berarti, tetap sehat selalu ya kek.

Semua kehidupan yang ada dikeluargaku saat ini bagaikan rumah yang tak berpenghuni lama yang tinggal menunggu waktu kapan akan roboh bangunan itu, tapi adakah yang rela untuk itu semua? aku yakin pasti tidak akan ada yang rela. konflik tiada henti antara ibuku dan bapakku sampai detik ini membuatku seakan tidak mengerti lagi akan arti cinta sejati yang nyata, haruskah keluarga kecilku retak bahkan pecah lagi seperti dulu? serta konflik antar saudara tanpa henti yang membuatku juga tidak mengerti apa arti dari kebersamaan yang nyata, haruskah aku terhanyut dalam emosi dalam diri ini?

Tuhan entah bagaimana yang harus kami lakukan dan maaf apabila hanya setitik yang kami berikan kepadamu selama di dunia karena kami tidak ada yang sempurna, tapi izinkanlah kami bersatu dalam hangatnya kebersamaan keluarga yang utuh, jauhkanlah segalam macam problematika keluarga dan cepat sadarkanlah kami apabila terjadi konflik kecil lagi, agar benar-benar menjadi keluargaku, kekuatanku.

Kamis, 13 November 2014

Sentuhan Lembut Yang Belum Terbalaskan

Sekilas aku melihat wajah seorang yang begitu sangat aku kenal, ya itulah ibu yang sampai hari ini belum pernah lelah menemani hidupku dalam keadaan apapun. Terbayang setelah melihat wajahnya, kini semakin menua tak lagi sekencang dulu, tatapan wajahnya tak segar lagi seperti dulu dan berdirinya sudah tak gagah lagi seperti dulu.

Seakan tidak bisa memaafkan diri ini karena belum bisa merubah atau memberi apa yang beliau inginkan, berdosakah diri ini terhadap hal itu? Terlau sibuk dengan hal duniawi sehingga lupa dengan niat untuk membahagiakannya, kemana harta yang sudah didapat dengan susah payah selama ini? Teman, sahabat atau orang terdekatkah yang harus diutamakan daripada beliau? Sungguh diri ini seakan kehilangan arah.

Hari terus berjalan, waktu terlewati sudah begitu banyak tanpa memikirkannya apabila sedang bersenang-senang, hanya celotehan amarah yang selalu terlontar untuknya, inikah yang harus diberikan dari suatu niat terdahulu? Selalu membantah setiap perkataannya, tidak ada rasa peduli apabila beliau sedang membutuhkan sesuatu. Inikah balasan yang pantas untuknya?

Banyak pertanyaan untuknya karena diri ini memang belum bisa membalas semua rasa sayang yang diberikan selama setengah abad lebih. Sentuhan lembut darinya tak akan pernah terlupakan dan terbayarkan oleh apapun, lalu apa yang harus aku lakukan? Tidak ada yang tau perasaan beliau selama ini terhadapku, ingin sekali aku selalu memeluk erat tubuhnya itu. Aku hanya berharap disetiap doaku untuknya bisa sedikit mewakilkan untuk semua kepeduliannya selama ini dan semoga aku masih bisa memberikan bukti nyata apa yang beliau selalu inginkan dariku.

Aku selalu percaya dengan semua jalan Tuhan karena melihat setiap usaha dari umatnya, biarkan diri ini sampai lemah tak berdaya asalkan bisa membuat beliau bahagia dan mendapatkan apa yang diinginkan dari diri ini, tak ada yang bisa menggantikan sentuhan lembut darinya, maka dari itu izinkan aku untuk selalu menjaganya sampai diri ini benar-benar mewujudkan niat dan keinginannya.

Tak ada lagi konflik yang diinginkan, aku menyesal sudah selama ini ibarat melantarkannya karena sebuah niat dan keinginan itu belum terasa sampai olehnya, jangan sampai hal yang tidak diinginkan terjadi sebelum aku bisa mewujudkannya, aku akan tetap berusaha apapun yang terjadi, untuk itu bimbing aku untuk berjalan dijalur yang benar lagi sampai semuanya terwujud.